Serangan Siber di Era New Normal Semakin Ganas, Cyber Resilience Perlu Diterapkan Perusahaan

Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung mengubah hidup manusia secara drastis, khususnya saat menggunakan teknologi untuk beraktivitas. Sejak awal pandemi, transformasi digital betul-betul didorong di seluruh sektor industri. Dengan memanfaatkan internet dan perangkat teknologi pendukung lainnya, semua kegiatan harian yang biasanya dilakukan di luar, seperti bekerja, dilakukan dari rumah dengan istilah Work From Home (WFH).

WFH berdampak pada pertumbuhan trafik internet yang masif. Berdasarkan hasil survei Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo), penggunaan internet yang tadinya kebanyakan ada di area perkantoran, kini lebih banyak dilakukan di rumah dan mengalami peningkatan sekitar 30-40 persen. Tak cuma itu, penggunaan internet di wilayah-wilayah tertinggal pun meningkat sebanyak 23 persen.

Pakar Teknologi Informasi Prof. Richardus Eko Indrajit, juga menekankan terkait risiko dari data dan sistem pengguna seiring meningkatnya aktivitas berinternet mereka. Pria yang karib disapa Prof. Eko ini mengungkapkan, “Semakin bermanfaat dan bernilai sistem Anda, maka semakin banyak pula pihak-pihak berkepentingan yang ingin mengganggunya.”

Dengan demikian, interaksi baru di era new normal ini tidak mudah dilakukan banyak orang, mengingat tak semua dapat menyadari bahwa meningkatnya aktivitas berinternet bisa menjadi umpan empuk ancaman siber, di mana data-data pribadi dan sistem mereka berisiko bisa dicuri dan dirusak.

Ancaman Serangan Siber Semakin Membuncah

Menurut rangkuman survei Cybint, celah hacker untuk mencuri data-data korbannya semakin meluas. Bahkan, serangan hacker bisa terjadi setiap 39 detik, di mana 43 persen serangan siber yang dilakukan menargetkan pelaku bisnis kecil.

Selama COVID-19, serangan siber juga dilaporkan mengalami peningkatan sebanyak 300 persen. Yang paling ironis, lebih dari 77 persen perusahaan tidak memiliki response plan terkait insiden keamanan siber, dan 54 persen di antaranya mengakui ‘cuma’ mengalami satu atau dua serangan selama 12 bulan terakhir.

Serangan siber adalah ancaman paling berbahaya bagi seluruh perusahaan di dunia. Setiap teknologi yang berevolusi, membuka pintu bagi hacker untuk bertransformasi menjadi predator yang lebih mengerikan. Karenanya, penting bagi semua pihak untuk menjaga sistem keamanan dengan mengantisipasi ancaman seperti peretasan, pencurian data, serta tindakan lain di tengah memuncaknya aktivitas internet di masa pandemi.

Salah satu cara paling efektif yang bisa dilakukan perusahaan untuk memperkuat sistem keamanannya dari serangan siber, adalah dengan mengimplementasikan Cyber Resilience.

Pentingnya Menerapkan Cyber Resilience di Era New Normal

Arti harafiah “resilience” sendiri adalah kemampuan untuk bersiap-siap dan beradaptasi dengan situasi terburuk dan bisa langsung pulih dengan cepat setelahnya. Lantas, Cyber Resilience adalah kemampuan perusahaan untuk dapat bertahan saat serangan siber berlangsung. Kemampuan ini dilakukan dengan beberapa tahap, mulai dari persiapan, penanganan, hingga recovery.

Sebuah perusahaan bisa dikatakan memiliki Cyber Resilience ketika mereka bisa bertahan menghadapi serangan siber, membatasi dampak insiden, dan menjamin keberlangsungan operasional mereka selama dan setelah insiden terjadi.

Dalam masa pandemi seperti ini, terlebih dengan meningkatnya intensitas penggunaan internet yang begitu agresif, Cyber Resilience penting untuk dioptimalkan perusahaan demi membangun perimeter keamanan yang kokoh, sehingga dapat memitigasi risiko-risiko siber yang bisa terjadi kapan saja.

Cyber Resilience juga memiliki sejumlah dampak positif bagi perusahaan, di antaranya seperti kemampuan dalam meningkatkan sistem keamanan, mengurangi kerugian biaya pengeluaran perusahaan, dapat memenuhi persyaratan dan peraturan legal, memperkuat budaya kerja dan proses internal, serta yang terpenting — melindungi reputasi perusahaan dan meningkatkan kepercayaan antara perusahaan dengan pelanggan.

4 Instrumen Utama Cyber Resilience

Threat Protection

Perusahaan perlu menerapkan kemampuan perlindungan yang lebih baik ketimbang menyediakan proteksi ‘tradisional’ untuk menangani serangan-serangan siber yang lebih kompleks.

Recoverability

Perusahaan harus mampu memulihkan diri secepatnya ke situasi normal setelah serangan siber berlangsung. Saat selesai, perusahaan perlu memastikan masalah dapat diatasi dengan baik sehingga bisa meminimalisir kemungkinan terjadinya serangan lanjutan.

Adaptability

Seiring serangan siber yang digencarkan semakin canggih, perusahaan juga perlu memiliki kemampuan adaptasi yang cepat dengan berbagai situasi, baik dalam kemampuan perangkat teknologi yang dimiliki, serta sumber daya manusia perusahaan tersebut.

Durability

Perusahaan perlu memiliki daya tahan yang kuat dengan tetap menjalankan operasional seperti normal, meski baru saja mengalami serangan siber.

Untuk bisa menerapkan Cyber Resilience yang kuat, perusahaan perlu mengandalkan aset terpenting mereka: sumber daya manusia, proses, dan juga teknologi.

Dalam memperkuat sumber daya manusia, semua stakeholder perlu memiliki literasi keamanan informasi, serta membangun kultur yang relevan, sehingga mereka bisa memiliki pemahaman yang mendalam terkait Cyber Resilience.

Sementara untuk menjamin proses yang baik, pengelolaan Cyber Resilience perlu dilakukan secara end-to-end dalam ekosistem proses yang terpadu.

Kemudian yang terpenting, perusahaan harus mengelola berbagai aset teknologi mereka dan mengorkestrasinya secara efektif, sehingga dapat membangun sistem keamanan yang handal. Dengan memperhatikan ketiga instrumen tersebut, perusahaan setidaknya mampu mengelola Cyber Resilience dalam langkah yang komprehensif, menyeluruh, dan terintegrasi.

Kelola Cyber Resilience Lebih Optimal dengan Defenxor

Dengan menerapkan langkah-langkah di atas, perusahaan pasti akan bisa merangkai cara terbaik untuk mengelola Cyber Resilience mereka dalam menghadapi ancaman keamanan siber yang terus muncul bersamaan dengan perubahan kultur kerja di era new normal.

Untuk memaksimalkan pengelolaan Cyber Resilience perusahaan Anda, Defenxor, salah satu perusahaan di sektor keamanan siap membantu dengan solusi dan layanan keamanan komprehensif yang ditangani staf IT profesional. Lewat Security Operations Center (SOC) 24X7 dengan teknologi terbaru, Defenxor siap mengamankan bisnis Anda dari segala ancaman siber secara optimal. Untuk informasi lebih lanjut, Anda bisa hubungi info@defenxor.com.

Contents

Share the Post:

Related Posts

Pandemi COVID-19 yang masih berlangsung telah mengubah cara hidup dan bekerja semua lapisan masyarakat di dunia. Perubahan yang ada terjadi begitu cepat dan massal. Untuk...

Sekarang, sudah banyak arsitektur aplikasi yang sepenuhnya memakai environment serta teknologi cloud. Adapun alasan penggunaan environment dan teknologi cloud ini adalah untuk meningkatkan efisiensi waktu,...

Dengan mengisi data pribadi Anda, PT Defender Nusa Semesta dan afiliasinya akan mengumpulkan dan memroses data tersebut. Kebijakan Privasi PT Defender Nusa Semesta.